Antara Klimaks Dan Rasa Geli

Antara Klimaks Dan Rasa Geli


Sebenarnya saya tidak ingin menulis. Dari sisi otak belum bekerja maksimal karena habis terbentur dengan bantal semalaman. Tetapi, di sisi lain saya ingin update juga karena takut blog ini dimakan rayap.

Kali ini judul yang akan saya berikan adalah "Antara Klimaks Dan Rasa Geli", memang judul yang "Fulgar", tapi tenang saja, judulnya hanya sebuah kiasan saja. Dalam artian, artikel yang akan saya tulis hanya tentang sebuah kehidupan. Kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan dari orang yang berubah saat mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan dari pandangan materi. Dulu yang tak mampu beli apa - apa, ketika sudah punya, bingung dihabiskan buat apa. Itulah analogi saya tentang judul di atas berada di titik puncak/ Klimak kemudian Geli alias ni mau diapain ya?

Masalah dan masalah selalu menghampiri kehidupan ini. Meskipun akhir-akhir ini sulit dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari bahkan sampai mengorbankan harga diri. Tak jarang orang banyak yang putus asa dan pasrah menerima keadaan, meskipun Tuhan telah menjanjikan jika "Tuhan tidak akan memberi sebuah cobaan kepada umat-NYA melebihi kemampuan umat itu sendiri", namun tak jarang juga orang-orang berhenti dalam usaha, berharap janji Tuhan itu menjadi nyata tanpa usaha. 

Banyak yang terjadi pada kehidupan sekarang, ketika orang yang mempunyai kehidupan yang pas-pasan dan tiba-tiba jadi kaya raya. Kehidupan mereka pun berubah, tak hanya dari gaya hidup dan materi (meskipun itu sudah jelas), tetapi juga dari rasa sosial yang semakin kurang.  Melupakan teman dan sahabat ketika belum berpunya, jauh dari keluarga, kadang juga lupa pada tetangga yang dulu saling berbagi makanan. Pernah saya mendengarkan kata-kata jomblo yang habis putus " Jika cinta datang hanya untuk menyakiti, lebih baik cinta itu tidak datang" , Namun saya akan merubahnya menjadi: "Jika Harta itu datang hanya untuk menjauhkan diri kita dengan semuanya, lebih baik harta itu tidak datang".

Sebenarnya, nikmat hidup banyak materi itu dimana sih.? Mungkin banyak yang menjawab "Ya enak lah, bisa beli ini itu serta apa yang kita inginkan tercapai", jika itu memang jawaban anda, kali ini saya tidak sependapat dengan anda. Simak ulasannya dibawah!

Bagi saya, nikmat hidup itu ya seperti saat ini. Tidak kaya namun cukup dalam kebutuhan sehari-hari (bukan do'a). Misalnya: Saya memiliki utang sekitar Rp. 500.000, sedangkan saya hanya memiliki hasil dari kerja harian saya Rp. 50.000/hari, dan saya harus kerja 10 hari untuk melunasi hutang tersebut. Jika setelah hutang tersebut lunas, akhirnya pikiran plong dan tanpa beban. 

Untuk contoh lainnya, jika saya ingin memiliki suatu barang dengan harga yang tinggi sekitar Rp. 8 juta, dan saya hanya memiliki penghasilan sebesar Rp. 500. 000/hari. Mau tak mau saya harus dapatkan barang saya idam-idamkan tersebut dengan cara menabung. Hal itu juga  diluar kebutuhan sehari-hari. Namun, setelah dapatkan barang idaman itu, tentu kita akan lebih baik dalam menjaganya. Secara kita dapatkannya susah. Coba kalau anda kaya! kenikmatan itu tidak akan muncul untuk anda, menghargai sesuatu yang berharga itu tidak timbul dari anda, secara anda mendapatkan dengan gampang. Medapatkan sesuatu itu dengan usaha dan perjuangan, itulah kenikmatan dan kebahagiaan sesungguhnya.

Geli ketika Anda berada di titik puncak, tapi kebingungan itu harta mau dibelikan apalagi. Semua angan ketika tak berpunya sudah mampu dibeli. Sudah pernah rasakan hal seperti ini?.

Catatan di atas hanya ilustrasi, saya tidak berharap anda setuju. jika saat ini anda menuju hidup kaya dan suka kaya, semoga berkah. Namun, jika hidup anda saat ini memulai untuk menuju kaya, sama dengan saya, semoga cepat tercapai. Amin..:)

0 Response to "Antara Klimaks Dan Rasa Geli"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel