Dikala Merindu Di "Zaman Batu"

Dikala Merindu Di "Zaman Batu"

Foto
Foto: Boombastis
Jawaban itu tidak pernah hadir disegelintir pertanyaanku. Namun tidak apa, biar hati yang memendam segala sesuatu itu di atas keprihatinan yang dilihat setiap hari. Kenapa tidak, mereka ingin perpecahan yang diselimuti rasa sakit hati untuk mencari sebuah kesalahan supaya dianggap benar. Seperti mengkritik tanpa sebuah solusi, membenci hanya atas ketidaksukaan. Dewasakah itu? tentu tidak.

Pada dasarnya, kemajuan teknologi harus diikuti pemikiran yang jernih dan mampu mencerna segala pemberitaan yang ada. Namun, apa yang terjadi 'makanan' itu dimakan secara bulat-bulat tanpa menyuruh gigi, lambung dan otak untuk bekerja lalu mencerna. Kemudian kotoran itu dikeluarkan bulat-bulat seperti apa yang kita makan tadi tanpa ada proses yang seharusnya dilalui.

Kalau sudah begini, rasanya saya ingin kembali ke zaman dulu, tanpa ada doktrin yang seolah gampang marasuki. Jalan yang mereka ikuti seolah fatamorgana. Tak ada manusia peci yang mencaci, tak ada pemakai baju koko yang berdemo yang notabane hanya untuk ke masjid dan mengaji dan tak ada kemunafikan yang dianggap benar. Sungguh ironi, ini zaman dimana saat mereka makan bangku sekolahan, tapi seolah dekat dengan sebuah kebodohan atau memang bodoh. Apakah kita belum "mampu" terima kemajuan?

Beda Pendapat adalah musuh!

Setiap manusia mempunyai sebuah pemikiran yang berbeda meskipun kepala sama hitam. Namun, apakah setiap orang yang tidak sependapat dengan kita adalah musuh? Untuk subjudul ini, biar lagu yang menyampaikannya, klik play!



Beda pendapat bukan alasan untuk renggang
Tatap kebelakang masa terbaik tak boleh hilang
Begitu banyak tawa yang dulu prnah ada 
Karena ucap yang tak tersampai buat pendapat beda

Itu pertanda belajar dari setiap salah
Sikap tak dewasa layak enggang untuk mengalah
Terlahir ego lalu amarah timbul pecah
Terbelah yang telah bersatu tak bisa dicegah
Sulit untuk merendah semua tengadah

Hal yang buruk datang mengusur hal yangg indah
Ciptakan jarak munculkan perih polemik
Tawa canda hilang semua tak lagi menarik

Berbalik penuh dari rasa ingin bersama
Percuma tawa ada tuk maniskan dilema
Jangan biarkan ini lama sembuhkan luka
Kita bisa damai bila hilang buruk prasangka

Mari maju bersama satukan yang berbeda
Pandang lah satu arah bukan lagi menyerah
Mari maju bersama satukan yang berbeda
Jangan hanya menyerah gapai hari yg cerah


Baja tak lagi kuat
Bumi tak akan bulat
Untuk maju dengan satu visi
Mengapa harus berat

Hilang semua martabak  jika pangkat trus melekat
Dari dasar sepakat perubahan runtukan tekat

Bukan lagi mencair walau itu air
Awal tak ada air darah bangsa tuk mengalir
Bila pandangan negatif harus terus bergulir
Seakan cibir mendesir namun bukanlah takdir

Sendiri dan terasingkan dengan kejamnya dunia
Tak pandang hati nurani kian menilai fakta
Ego benih manusia senggal di depan mata
Luka tersayat tak ada  darah kian menyapa
Coba berpijak diatas bara dengan bijak
Detik bergerak seakan semuanya terjebak
Tertatih tiap langkahku terus mengapa
Jangan pernah memandang cobalah tuk percaya

Mari maju bersama satukan yangg berbeda
Pandang lah satu arah bukan lagi menyerah
Mari maju bersama satukan yang berbeda
Jangan hanya menyerah gapai hari yang cerah

Jangan cuma berfikir fiktif tak kau dengarkan kami
Hidup seakan pasif coba berfikir sesuai apa yang kita alami
Walau tak punya hasil tapi ini hanya kerikil yang dilalui agar bisa berhasil
Masalah kecil ini janganlah jadi penghambat kita untuk terus berjuang
Walau kita tak punya banyak uang
Masih saja ada peluang
Biar semua jadi kisah buruk yang kan tertuang
Matahari masih bersinar kawan
Cahayanya tak pernah redup walau dihalau awan

Kita tetap saudara
Ku tak mau kalau kita menjadi lawan
Satukan tujuan hadapi semua tantangan
Hal biasa ada jika kita beda pendapat itu wajar

Tak harus jadi penghalang untuk kita melompat
Sudah lupakanlah semua masalah ini

Mari maju bersama satukan yg berbeda
Pandang lah satu arah bukan lagi menyerah
Mari maju bersama satukan yg berbeda
Jangan hanya menyerah
Gapai hari yg cerah


Hey...Kita pasti bisa
Hey...Kita pasti mampu
Hey...Satukan yang berbeda gapai hari yang cerah...
Kita pasti bisa...Kita pasti mampu...
Satukan yang berbeda gapai hari yang cerah.

0 Response to "Dikala Merindu Di "Zaman Batu""

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel